Kami
memulai perjalanan dari depan Museum Gunung Merapi.
Perjalanan mendekati puncak merapi dengan melewati kampung-kampung yang sudah ditinggalkan oleh penduduknya setelah bencana merapi. Dalam pejalanan kita melewati makam masal korban bencana erupsi merapi.
Pemerintah
sengaja merelokasi kampung yang terlalu dekat dengan merapi setelah bencana,
agar dimasa mendatang tidak terjadi korban yang banyak lagi bila terjadi erupsi
Merapi. Sesekali masih ada warga yang kembali ke kampung bekas tempat
tinggalnya, mencari rumput untuk makanan ternak. Dari dulu penduduk lereng
merapi banyak yang bermata pencaharian ternak sapi perah.
Kita
akan diantarkan ke sebuah rumah bekas terkena erupsi merapi yang dijadikan
museum kecil. Di dalam museum ini ada sisa benda-benda yang terkena erusi lahar
merapi, contohnya di depan museum ada motor tua yang rusak karna terkena lahar.
ada
berbagai perabotan yang terkena lahar dan karna panasnya sampai menyatu satu dengan
yang lainnya, contohnya ini sendok dan alasnya.
Perjalanan
dilanjutkan ke batu alien atau batu wajah. Disebut batu alien karena batu besar
yang jatuh dari letusan gunung Merapi ini, menurut orang-orang menyerupai wajah
mahkluk luar angkasa atau manusia.
Next destination ke Bunker Pengamatan Merapi. Bunker ini merupakan terowongan yang dibangun untuk tempat berlindung penduduk kalau ada letusan. Namun, ada cerita sewaktu erupsi merapi 2006, ada 2 relawan pengamat erupsi gunung merapi yang meninggal di dalam bunker. Gunung Merapi yang meletus membawa lahar yang panas akhirnya 2 orang itu meninggal di dalam bunker karena kepanasan. Waktu kejadian suhu di bunker mencapai 200 derajat Celsius.
Dalam
perjalanan pulang kita diajak melewati dan mampir ke kali kuning untuk
mengendarai mobil dengan ngebut sambil basah-basahan.
0 komentar:
Posting Komentar