Petama masuk diperkenalkan tentang persandian dengan multimedia |
Pepohonan
nan rindang berdiri tegak di tengah jalan, memayungi kami dari sengatan mentari
yang terik.
Beberapa bangunan bergaya Hindia Belanda terlihat di sana-sini,
membangkitkan kenangan mengenai masa kolonial yang sudah lampau. Di salah satu
bangunan tersebut, terpasang sebuah plang besar bertuliskan "Museum
Sandi". Museum Sandi, satu-satunya museum kriptografi yang ada di
Indonesia.
Memasuki lobi museum, Kita akan langsung disapa oleh petugas resepsionis yang ramah. Sejenak, kami kebingungan dan menanyakan informasi harga tiket yang biasa ditemui di pintu masuk. Petugas resepsionis hanya menyodorkan sebuah buku tamu, tanpa ada keterangan mengenai tiket yang harus kita beli. Ternyata kita tidak dikenakan biaya untuk memasuki museum ini. Lebih lagi, kita juga bisa ditemani seorang pemandu yang selalu siap menjelaskan berbagai hal menarik dan jarang diketahui orang lain.
Museum
Sandi didirikan atas prakarsa Kepala Lembaga Sandi Negara dan Sri Sultan
Hamengku Bawono X pada tahun 2006. Pembangunan museum ini sempat terkendala
bencana gempa pada bulan Mei 2006, sebelum akhirnya diresmikan pada tahun 2008.
Awalnya, museum ini berbagi gedung yang sama dengan Museum Perjuangan di
kawasan Mergangsang. Pada tahun 2014, museum ini pindah ke lokasinya sekarang
di Kotabaru, menempati gedung lama milik AURI yang sudah tidak terpakai.
Bangunan ini memiliki 2 lantai dengan 9 ruang display yang menyimpan
berbagai benda bersejarah sejak masa perang kemerdekaan.
Kami
pun memasuki Ruangan display di lantai 1 yang banyak bercerita tentang
kehidupan dr. Roebiono Kertopati, sang Bapak Persandian Negara Republik
Indonesia. Beberapa ruangan menampilkan berbagai benda bersejarah dalam dunia
persandian Indonesia, seperti buku sandi, sepeda onthel para kurir, dan
lain-lain. Ada juga beberapa diorama yang menggambarkan kegiatan petugas sandi
di zaman perang kemerdekaan.
Ada
diorama yang menunjukan suasana penunjukan dr Roebiono menjadi kepala Dinas
Code pada tahun 1946, “Di bawah kepemimpinan dr Roebiono, Dinas Code memegang
perang penting dalam Agresi Militer Belanda 1 dan 2, sebelum akhirnya berubah
nama menjadi Lembaga Sandi Negara”. Kata pemandu.
Menurut
pemandu, pada awal kemerdekaan berbagai instansi di Indonesia masih menggunakan
sandi lama dari masa kolonial, sehingga mudah diretas oleh pihak tentara
Belanda. Menyadari hal tersebut, dr. Roebiono pun berinisiatif membentuk sandi
baru yang hanya dapat digunakan oleh pihak Republik Indonesia. Sandi baru ini
ditulis dalam 6 buku yang disebut sebagai "Buku Code C",
masing-masing berisi 10.000 kata sandi dalam bahasa Belanda dan Inggris. Agar
sistem sandi baru ini diakui eksistensinya, dr. Roebiono meretas berbagai sandi
lain yang digunakan oleh berbagai instansi negara. Tindakan ini membuat
instansi-instansi tersebut sadar betapa lemahnya sandi lama yang mereka
gunakan, sehingga mereka pun sepakat untuk menggunakan sandi baru ciptaan dr.
Roebiono.
Pada
masa Agresi Militer Belanda ke-2 di tahun 1948, Republik Indonesia hampir saja
hilang dari sejarah. Militer Belanda berhasil menawan beberapa pemimpin
Republik Indonesia, termasuk Ir Soekarno dan Moehammad Hatta. Pada masa ini, dr
Roebiono dan beberapa Code Officer (CDO) bawahannya berinisiatif membakar
seluruh dokumen rahasia di Dinas Code sebelum jatuh ke tangan Belanda. Mereka
pun menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, memastikan keamanan komunikasi
antara pemerintah darurat Mr. Sjarifoeddin Prawiranegara dengan berbagai
pasukan gerilya di Indonesia. Salah satu lokasi pusat penyandian yang terkenal
berada di Dusun Dukuh, Desa Purwoharjo, Samigaluh, Kulonprogo.
"Pada
masa ini, petugas sandi bekerja dengan keadaan seadanya," kata pemandu
sambil menunjuk sebuah diorama rumah joglo di salah satu ruangan. "Mereka
bekerja hanya menggunakan tulisan tangan, ditemani lampu semprong di malam
hari."
Dengan
semangat, pemandu terus menceritakan berbagai tipuan yang digunakan para kurir
untuk mengantarkan pesan rahasia tanpa diketahui pasukan Belanda. Misalnya
saja, ada beberapa kurir yang memodifikasi stang sepeda onthel agar bisa
disusupi lembaran kertas pesan. Ada juga yang memasukan kertas pesan di dalam
makanan kecil, sehingga bisa ditelan ketika ada razia tentara Belanda.
Puas
mendengar cerita heroik dari masa perang kemerdekaan, kami pun beralih ke
ruangan lain. Di sini, kita bisa melihat berbagai mesin sandi tua yang
digunakan oleh beberapa negara di dunia, mulai dari Amerika Serikat, Vatikan,
Jerman, dan lain-lain. Ada juga beberapa mesin sandi yang dibuat oleh
putra-putri Indonesia. Sayangnya, tidak ada keterangan mengenai bagaimana
caranya mesin-mesin tersebut bekerja, sehingga kami pun harus puas dengan hanya
melihat bentuknya dari balik kaca.
Selain
melihat mesin dan alat-alat sandi modern, pengunjung di Museum Sandi juga bisa
belajar cara kerja sandi sederhana dari masa lampau. Misalnya saja Skytale,
sandi berbentuk gulungan yang dipakai pada zaman Yunani Kuno. Ada lagi Cardan
Grille, sandi berbentuk tulisan panjang yang bisa dipecahkan melalui kunci
khusus berbentuk kertas berlubang. Lalu ada juga Book Cipher, sandi berbentuk
tulisan panjang yang mirip Cardan Grille namun dengan kunci berupa urutan
angka, masing-masing menunjukan posisi suatu huruf dalam satu paragraf. Misal
angka 23412, angka pertama menunjukan paragraf, angka kedua menunjukan urutan
kalimat dan seterusnya.
Salah
satu sandi yang paling unik adalah sandi tattoo, berasal dari tahun 499
sebelum masehi dan digunakan oleh sang tiran Histiaeus dari Yunani. Sang tiran
menggunakan seorang budak sebagai pembawa pesan, yang dikirim dengan metode
tertentu agar tidak diketahui musuh. Pesan tersebut ditujukan kepada sang
menantu, Aristagoras, dalam sebuah perang di daerah Persia.
"Sandi
ditulis sebagai tattoo di kepala budak yang sudah dicukur. Histiaeus menunggu
sampai rambut budak tersebut kembali tumbuh dan menutupi tattoo, baru dikirim
ke menantunya si Aristagoras," cerita pemandu sambil menarik wig
dari sebuah manekin. "Kalau sudah sampai, budak tersebut dicukur lagi
supaya bisa dibaca pesannya."
Di
ruangan terakhir, terdapat beberapa komputer yang bisa kita gunakan untuk
mengetahui informasi lebih lengkap mengenai ilmu kriptografi. Selain itu, ada
pula beberapa games sandi yang menantang kita untuk memecahkan sandi vigenere,
sebuah sistem sandi klasik yang menjadi dasar penyandian modern di berbagai
negara. Melalui fasilitas ini, kami pun bisa mengenal lebih dekat dunia
kriptografi di Indonesia.
Banyak peralatan sandi yang di display |
Foto-foto bapak sandi kita (Indonesia) |
Ternyata benda-benda seperti ini dulu juga dicurigai bisa digunakan untuk mengirim sandi oleh pasukan Belanda |
Kita bisa mengetes kemampuan kita memecahkan sandi |