banner

Selasa, 28 April 2009

Hari Kartini

0 komentar
Kemarin adikku pergi sekolah dengan pakaian yang lain dari biasanya. Adikku memakai baju adat, dia menyebutnya dengan baju aneh. Aku Tanya pada mama “Ma, adik mau ngapain ?” mama bilang mau merayakan hari ibu kita Kartini. “Siapa ibu Kartini ?’, “Tanya saja sama papa, kalau ndak tahu minta tolong cari di internet”. Kalau cari di internet ngapain tanya sama papa, mending cari sendiri. Ini cerita yang saya dapat dari browsing di internet untuk teman-teman.

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara.

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-temannya yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi. Saat itu kondisi perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Atas keinginan orang tuanya Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan-keinginan Kartini. Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang.

Berkat kegigihan Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Presiden Soekarno (Presiden pertama Republik Indonesia setelah merdeka) mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

Pantai Delegan