banner

Kamis, 05 Oktober 2017

Museum Sandi

0 komentar


Petama masuk diperkenalkan tentang persandian dengan multimedia
Pepohonan nan rindang berdiri tegak di tengah jalan, memayungi kami dari sengatan mentari yang terik.

Beberapa bangunan bergaya Hindia Belanda terlihat di sana-sini, membangkitkan kenangan mengenai masa kolonial yang sudah lampau. Di salah satu bangunan tersebut, terpasang sebuah plang besar bertuliskan "Museum Sandi". Museum Sandi, satu-satunya museum kriptografi yang ada di Indonesia. 

Memasuki lobi museum, Kita akan langsung disapa oleh petugas resepsionis yang ramah. Sejenak, kami kebingungan dan menanyakan informasi harga tiket yang biasa ditemui di pintu masuk. Petugas resepsionis hanya menyodorkan sebuah buku tamu, tanpa ada keterangan mengenai tiket yang harus kita beli. Ternyata kita tidak dikenakan biaya untuk memasuki museum ini. Lebih lagi, kita juga bisa ditemani seorang pemandu yang selalu siap menjelaskan berbagai hal menarik dan jarang diketahui orang lain.

Museum Sandi didirikan atas prakarsa Kepala Lembaga Sandi Negara dan Sri Sultan Hamengku Bawono X pada tahun 2006. Pembangunan museum ini sempat terkendala bencana gempa pada bulan Mei 2006, sebelum akhirnya diresmikan pada tahun 2008. Awalnya, museum ini berbagi gedung yang sama dengan Museum Perjuangan di kawasan Mergangsang. Pada tahun 2014, museum ini pindah ke lokasinya sekarang di Kotabaru, menempati gedung lama milik AURI yang sudah tidak terpakai. Bangunan ini memiliki 2 lantai dengan 9 ruang display yang menyimpan berbagai benda bersejarah sejak masa perang kemerdekaan.

Kami pun memasuki Ruangan display di lantai 1 yang banyak bercerita tentang kehidupan dr. Roebiono Kertopati, sang Bapak Persandian Negara Republik Indonesia. Beberapa ruangan menampilkan berbagai benda bersejarah dalam dunia persandian Indonesia, seperti buku sandi, sepeda onthel para kurir, dan lain-lain. Ada juga beberapa diorama yang menggambarkan kegiatan petugas sandi di zaman perang kemerdekaan.
Ada diorama yang menunjukan suasana penunjukan dr Roebiono menjadi kepala Dinas Code pada tahun 1946, “Di bawah kepemimpinan dr Roebiono, Dinas Code memegang perang penting dalam Agresi Militer Belanda 1 dan 2, sebelum akhirnya berubah nama menjadi Lembaga Sandi Negara”. Kata pemandu.

Menurut pemandu, pada awal kemerdekaan berbagai instansi di Indonesia masih menggunakan sandi lama dari masa kolonial, sehingga mudah diretas oleh pihak tentara Belanda. Menyadari hal tersebut, dr. Roebiono pun berinisiatif membentuk sandi baru yang hanya dapat digunakan oleh pihak Republik Indonesia. Sandi baru ini ditulis dalam 6 buku yang disebut sebagai "Buku Code C", masing-masing berisi 10.000 kata sandi dalam bahasa Belanda dan Inggris. Agar sistem sandi baru ini diakui eksistensinya, dr. Roebiono meretas berbagai sandi lain yang digunakan oleh berbagai instansi negara. Tindakan ini membuat instansi-instansi tersebut sadar betapa lemahnya sandi lama yang mereka gunakan, sehingga mereka pun sepakat untuk menggunakan sandi baru ciptaan dr. Roebiono.

Pada masa Agresi Militer Belanda ke-2 di tahun 1948, Republik Indonesia hampir saja hilang dari sejarah. Militer Belanda berhasil menawan beberapa pemimpin Republik Indonesia, termasuk Ir Soekarno dan Moehammad Hatta. Pada masa ini, dr Roebiono dan beberapa Code Officer (CDO) bawahannya berinisiatif membakar seluruh dokumen rahasia di Dinas Code sebelum jatuh ke tangan Belanda. Mereka pun menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, memastikan keamanan komunikasi antara pemerintah darurat Mr. Sjarifoeddin Prawiranegara dengan berbagai pasukan gerilya di Indonesia. Salah satu lokasi pusat penyandian yang terkenal berada di Dusun Dukuh, Desa Purwoharjo, Samigaluh, Kulonprogo.

"Pada masa ini, petugas sandi bekerja dengan keadaan seadanya," kata pemandu sambil menunjuk sebuah diorama rumah joglo di salah satu ruangan. "Mereka bekerja hanya menggunakan tulisan tangan, ditemani lampu semprong di malam hari."
Dengan semangat, pemandu terus menceritakan berbagai tipuan yang digunakan para kurir untuk mengantarkan pesan rahasia tanpa diketahui pasukan Belanda. Misalnya saja, ada beberapa kurir yang memodifikasi stang sepeda onthel agar bisa disusupi lembaran kertas pesan. Ada juga yang memasukan kertas pesan di dalam makanan kecil, sehingga bisa ditelan ketika ada razia tentara Belanda.

Puas mendengar cerita heroik dari masa perang kemerdekaan, kami pun beralih ke ruangan lain. Di sini, kita bisa melihat berbagai mesin sandi tua yang digunakan oleh beberapa negara di dunia, mulai dari Amerika Serikat, Vatikan, Jerman, dan lain-lain. Ada juga beberapa mesin sandi yang dibuat oleh putra-putri Indonesia. Sayangnya, tidak ada keterangan mengenai bagaimana caranya mesin-mesin tersebut bekerja, sehingga kami pun harus puas dengan hanya melihat bentuknya dari balik kaca.

Selain melihat mesin dan alat-alat sandi modern, pengunjung di Museum Sandi juga bisa belajar cara kerja sandi sederhana dari masa lampau. Misalnya saja Skytale, sandi berbentuk gulungan yang dipakai pada zaman Yunani Kuno. Ada lagi Cardan Grille, sandi berbentuk tulisan panjang yang bisa dipecahkan melalui kunci khusus berbentuk kertas berlubang. Lalu ada juga Book Cipher, sandi berbentuk tulisan panjang yang mirip Cardan Grille namun dengan kunci berupa urutan angka, masing-masing menunjukan posisi suatu huruf dalam satu paragraf. Misal angka 23412, angka pertama menunjukan paragraf, angka kedua menunjukan urutan kalimat dan seterusnya.

Salah satu sandi yang paling unik adalah sandi tattoo, berasal dari tahun 499 sebelum masehi dan digunakan oleh sang tiran Histiaeus dari Yunani. Sang tiran menggunakan seorang budak sebagai pembawa pesan, yang dikirim dengan metode tertentu agar tidak diketahui musuh. Pesan tersebut ditujukan kepada sang menantu, Aristagoras, dalam sebuah perang di daerah Persia.

"Sandi ditulis sebagai tattoo di kepala budak yang sudah dicukur. Histiaeus menunggu sampai rambut budak tersebut kembali tumbuh dan menutupi tattoo, baru dikirim ke menantunya si Aristagoras," cerita pemandu sambil menarik wig dari sebuah manekin. "Kalau sudah sampai, budak tersebut dicukur lagi supaya bisa dibaca pesannya."
Di ruangan terakhir, terdapat beberapa komputer yang bisa kita gunakan untuk mengetahui informasi lebih lengkap mengenai ilmu kriptografi. Selain itu, ada pula beberapa games sandi yang menantang kita untuk memecahkan sandi vigenere, sebuah sistem sandi klasik yang menjadi dasar penyandian modern di berbagai negara. Melalui fasilitas ini, kami pun bisa mengenal lebih dekat dunia kriptografi di Indonesia.

Banyak peralatan sandi yang di display
Foto-foto bapak sandi kita (Indonesia)
Ternyata benda-benda seperti ini dulu juga dicurigai bisa digunakan untuk mengirim sandi oleh pasukan Belanda
Kita bisa mengetes kemampuan kita memecahkan sandi

Museum Soeharto

0 komentar
Museum ini didirikan untuk mengenang presiden kedua negara kita, Soeharto. Museum ini didirikan di Desa Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta yang merupakan tempat kelahiran Jenderal Besar HM Soeharto. Museum ini menjadi bisa salah satu wisata jika berlibur ke daerah Bantul, Yogyakarta.

Museum yang terletak di Bantul ini dibangun diatas lahan seluas 3.620 meter persegi. Museum Soeharto Jogja ini dibangun dan diresmikan oleh Bapak H. Probosutedjo dan Mbak Tutut yang merupakan adik dan putri pertama presiden kedua kita itu. Museum ini dibangun untuk mengenang jasa dan pengabdian beliau semasa hidupnya dan juga untuk mencatat berbagai prestasi HM Soeharto semasa menjabat sebagai presiden RI ke-2 dalam waktu yang cukup lama, yaitu 32 tahun. Dilihat dari luar, area museum ini cukup luas, sederhana, asri dan juga nuansa bangunannya terlihat antik karena dikelilingi oleh tembok yang cukup tinggi. 

Secara umum, museum Soeharto ini terdiri atas beberapa bangunan utama seperti pendopo, ruang diorama dan masjid kecil yang terletak disebelah selatan ruang diorama.

Pertama memasuki museum Soeharto Jogja ini, kita akan disambut oleh patung Pak harto yang berdiri tegak hasil karya Edhi Sunarso. Pada bagian bawah patung terdapat prasasti yang berisi keterangan lahir, wafat dan makam pak harto. Selain prasasi itu, ada juga prasasti peresmian yang ditandatangi pada 8 Juni 2013 oleh kedua pendiri museum ini. Jika kita memasuki pendopo  yang ada dibelakang patung, kita akan menemukan mutimedia yang berisi perjuangan beliau serta buku elektronik dan patung setengah badan disebelahnya. Pendopo ini sepertinya tempat utama museum, karena setiap pengunjung yang datang pasti menuju pendopo itu terlebih dahulu. Menariknya, dibagian langit-langit pendopo ini terdapat gambar pahlawan revolusi yang menunjukkan nilai seni yang tinggi.


 
 
 
 

Pantai Delegan