banner

Jumat, 28 Juni 2013

Pura Tanah Lot - Bali


Kedatangan Dahnyang Nirartha ke Desa Beraban konon karena mengikuti petunjuk sinar suci yang memancar dari arah tenggara. Sinar ini ternyata menuju sebuah mata air suci yang di dekatnya terdapat sebuah batu karang yang berbentuk burung (masyarakat setempat menyebutnya gili beo, yang berarti tanah atau batu karang yang menyerupai burung). Di tempat ini, bersama para pengikutnya Danghyang Nirartha melakukan meditasi dan pemujaan kepada Dewa Penguasa Laut sembari menyebarkan agama Hindu kepada masyarakat setempat.

Ulah Danghyang Nirartha ternyata kurang berkenan di hati pemimpin Desa Beraban, yaitu Bendesa Beraban Sakti. Bersama para pengikutnya, ia berencana menyerang Danghyang Nirartha supaya pergi dari Desa Beraban. Sang pendeta kemudian melindungi diri dengan memindahkan batu karang tempatnya bermeditasi ke tengah laut dan menciptakan ular laut berbisa dari selendangnya untuk melindungi tempat tersebut. Batu karang yang dipindahkan inilah yang kemudian disebut tanah lot, atau tanah di tengah laut.

Menyaksikan kesaktian sang Pendeta, akhirnya Bendesa Beraban takluk dan menjadi pengikut setia Danghyang Nirartha. Oleh karena kesungguhannya, Danghyang Nirartha kemudian memberikan sebuah keris suci yang dikenal dengan nama ”Jaramenara” atau Ki Baru Gajah kepada Bendesa Beraban. Saat ini, keris keramat itu disimpan di Puri Kediri dan diupacarai setiap Hari Raya Kuningan.

Pada batu karang di “tengah” laut inilah kemudian Danghyang Nirartha mendirikan Pura Pakendungan yang lebih dikenal dengan nama Pura Luhur Tanah Lot. Sementara ular “ciptaan” Danghyang Nirartha masih ada di dalam kompleks pura sampai sekarang. Ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih, memiliki warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun tiga kali lebih kuat dari ular kobra.









0 komentar:

Posting Komentar

Pantai Delegan